Organ-organ
ekskresi pada manusia antara lain hati, kulit, ginjal, dan paru-paru. Hati
mengeluarkan zat warna empedu, kulit mengeluarkan keringat, ginjal mengeluarkan
urine, dan paru-paru mengeluarkan karbondioksida.
1.
Hati

Jumlah
eritrosit yang setiap detik dilepas dari tempat pembuatannya lebih kurang ada
10 juta sel, dan sebanyak itu pula yang rata-rata harus dirombak lagi.
Eritrosit yang telah tua menjadi rusak dan tidak lagi berinti dibinasakan di
dalam hati. Ada sel-sel khusus yang “menangkap” atau merombak eritrosit tua
tersebut yang disebut histosit.
Hemoglobin dari sel-sel darah merah diuraikan (dipecahkan) menjadi hemin + Fe +
Globulin. Zat besi diambil dan disimpan didalam hati, yang kemudian
dikembalikan ke sumsum tulang. Globin digunakan lagi, baik untuk metabolisme
protein maupun untuk pembentukan hemoglobin baru. Hemin diubah menjadi zat warna empedu (bilirubin dan
biliverdin), kemudian dikeluarkan ke usus dan seterusnya keluar tubuh bersama
feses. Bilirubin yang berwarna
hijau-biru ini selanjutnya dioksidasi lagi menjadi urobilin yang berwarna kuning-cokelat. Warna inilah yang umumnya
memberi warna pada feses dan urine (Irsyad Pratama,
tt).
Selain sebagai alat ekskresi, hati juga mempunyai fungsi lain yang sangat
penting bagi tubuh, yaitu:
·
Sebagai tempat penyimpanan gula dalam bentuk glikogen.
·
Sebagai tempat pembentukan dan pembongkaran protein. Hati membentuk protein albumin,
protrombin, fibrinogen, dan urea.
·
Sebagai tempat membongkar sel darah merah (eritrosit)
yang telah tua atau rusak. Hemoglobin dalam eritrosit dibongkar menjadi zat
besi, globin, dan hemin. Hemin diurai menjadi bilirubin dan biliverdin.
·
Pembentukan dan pengeluaran cairan empedu.
·
Menetralkan obat dan racun.
·
Tempat untuk membuat vitamin A dari provitamin A
·
Mengatur
kadar gula dalam darah (Ary Gunawan, tt).
2. paru-paru

Di dalam paru-paru, bronkiolus
bercabang-cabang halus dengan diameter ± 1 mm, dindingnya makin menipis jika
dibanding dengan bronkus. Bronkiolus tidak mempunyi tulang rawan, tetapi
rongganya masih mempunyai silia dan di bagian ujung mempunyai epitelium
berbentuk kubus bersilia. Pada bagian distal kemungkinan tidak bersilia.
Bronkiolus berakhir pada gugus kantung udara (alveolus).
Alveolus terdapat pada ujung akhir
bronkiolus berupa kantong kecil yang salah satu sisinya terbuka sehingga
menyerupai busa atau mirip sarang tawon. Oleh karena alveolus berselaput tipis
dan di situ banyak bermuara kapiler darah maka memungkinkan terjadinya difusi
gas pernapasan.
Dalam sistem ekskresi, paru-paru
berfungsi untuk mengeluarkan Karbondioksida (CO2) dan Uap air (H2O).
Didalam paru-paru terjadi proses pertukaran antara gas oksigen dan
karbondioksida. Setelah membebaskan oksigen, sel-sel darah merah menangkap
karbondioksida sebagai hasil metabolisme tubuh yang akan dibawa ke paru-paru.
Di paru-paru karbondioksida dan uap air dilepaskan dan dikeluarkan dari
paru-paru melalui hidung. Jumlah oksigen yang diambil melalui udara pernapasan
tergantung pada kebutuhan dan hal tersebut biasanya dipengaruhi oleh jenis
pekerjaan, ukuran tubuh, serta jumlah maupun jenis bahan makanan yang dimakan.

Pengangkutan CO2 sebagai hasil zat sisa metabolisme, diangkut
oleh darah dapat melalui 3 cara yakni sebagai berikut:
1. Karbon
dioksida larut dalam plasma, dan membentuk asam karbonat dengan enzim anhidrase
(7% dari seluruh CO2).
2. Karbon
dioksida terikat pada hemoglobin dalam bentuk karbomino hemoglobin (23% dari
seluruh CO2).
3. Karbon
dioksida terikat dalam gugus ion bikarbonat (HCO3) melalui proses
berantai pertukaran klorida (70% dari seluruh CO2).
Fungsi utama paru-paru
adalah sebagai alat pernapasan. Akan tetapi, karena mengekskresikan zat Sisa
metabolisme maka paru- paru juga berfungsi dalam sistem ekskresi. Karbon dioksida
dan air hasil metabolisme di jaringan diangkut oleh darah lewat vena untuk
dibawa ke jantung, dan dari jantung akan dipompakan ke paru-paru untuk
berdifusi di alveolus. Selanjutnya, H2O dan CO2 dapat berdifusi atau dapat
dieksresikan di alveolus paru-paru karena pada alveolus bermuara banyak kapiler
yang mempunyai selaput tipis.
3. ginjal
Darah
yang mengandung banyak sisa metabolisme masuk ke ginjal melalui pembuluh nadi
ginjal. Cairan yang keluar dari pembuluh darah masuk ke nefron. Nefron tersusun
atas glomerulus dan kapsul Bowman. Membran glomerulus dan kapsul Bowman
bersifat permeabel terhadap molekul kecil dan ion. Air, gula, asam amino, dan
urea terpisah dari darah kemudian menuju ke kapsul Bowman. Proses ini disebut filtrasi.
Cairan dari kapsul Bowman menuju ke saluran pengumpul. Dalam perjalanannya,
terjadi penyerapan kembali glukosa dan bahan-bahan lain oleh aliran darah.
Peristiwa ini disebut reabsorpsi. Bahan-bahan seperti urea dan garam
tidak direabsorpsi dan tetap berada didalam tubulus. Bahan yang tidak
direabsorpsi bergabung dengan air menjadi urin.
Filtrasi
terjadi di kapsul bowman diglomerulus. Ketika darah masuk glomerulus maka
tekanan darah menjadi tinggi sehingga mendorong air dan komponen-komponen yang
tidak dapat larut melalui pori-pori endothelium kapiler, glomerulus, kemudian
menuju membran dasar dan melewati lempeng filtrasi masuk kedalam ruang kapsul
bowman. Hasil filtrasi glomerulus dan kapsul bowman disebut filtrate glomerulus
atau urin primer.

Proses pembentukan
urin
proses
pembentukan urin dalam ginjal dapat dibagi menjadi 3 tahap yaitu:
a.Tahap filtrasi (penyaringan)

b.
Tahap
reabsorbsi (penyerapan kembali)
Reabsorbsi
terjadi di tubulus kontertus proksimal, lengkung henle dan sebagian tubulus
kontertus distal. Reabsorbsi dilakukan oleh sel-sel epithelium diseluruh
tubulus ginjal. Za-zat yang direabsorbsi antara lain ; air, gllukosa, asam
amino, ion-ion Na
, K
, Ca
,Ci-, HCO3-,dan HbO4
, sedangkan urea hanya diserap sebagian.
Urutan
terjadinya reabsorbsi yaitu, urin primer masuk dari glomerulus ketubulus
proksimal. Kemudian terjadi rebsorbsi glukosa dan 67% ion Na
,selain itu juga terjadi reabsorbsi air dan ion Ci
secara pasif.
Bersamaan dengan itu petrat menuju lengkung henle yang tengah berkurang
volumenya dan bersifat isotonis. Pada lengkung henle terjadi sekresi aktif ion
Ci
kejaringan
disekitarnya. Reabsorbsi dilanjutkan ditubulus distal. Pada tubulus ini terjadi
reabsorbsi Na
dan air dibawah control ADH. Disamping reabsorbsi,
ditubulus ini juga terjadi sekresi H
,NH
,urea, kreatinin dan beberpa obat-obatan pada urin.
Hasil
reabsorbsi ini berupa urin sekunder yang komposisinya mengandung air, garam,
urea, dan pigmen empedu yang berfungsi memberi warna dan bau pada urin.
c.Augmentasi (pengumpulan)
Urin sekunder
dari tubulus distal akan turun menuju tubulus pengumul. Pada tubulus pengumpul
ini masih terjadi penyerapan ion Na
, Ci
dan urea sehingga terbentuklah urin sesungguhnya. Dari
tubulus pengumpul, urin dibawa ke pelfis renalis.dari velvis renalis urin
mengalir melalui uretter menuju vesica urinaria (kandung kemih) yang merupakan
tempat penyimpanan sementara urin.
Fungsi
Ginjal dalam Pengaturan Cairan Tubuh
Ginjal
mengatur kandungan air tubuh agar selalu tetap dengan cara mengatur penyerapan
air di tubulus melingkar dan saluran pengumpul ginjal. Jika kita banyak minum
air, darah menjadi encer. Akibatnya akan terbentuk urin encer yang jumlahnya
banyak untuk membuang kelebihan air dan urin berwarna terang. Setelah berkeringat,
darah menjadi pekat. Maka urin yang keluar hanya sedikit untuk mengurangi
kehilangan banyak air dan urin berwarna gelap.
0 komentar:
Posting Komentar